Rabu, 30 September 2020

Hati-Hati Dengan Sifat Ujub (Bangga Diri) / Pengertian Sifat Ujub Dalam Islam

Hati-Hati Dengan Sifat Ujub (Bangga Diri) / Pengertian Sifat Ujub Dalam Islam - Di Salin oleh team kreator Ruqyah Aswaja Kediri dari tulisan Kyai Imron Rosyidi - Ibnu Abdillah Al Katibi (Founder Keluarga Besar Ruqyah Aswaja / KBRA), info lengkap www.ruqyah-aswaja.com

Hati-Hati Dengan Sifat Ujub
Kyai Imron Rosyidi (Founder & Mu'jiz KBRA)

 

Sahabat Ruqyah Aswaja.... Jangan tertipu dengan Ruqyah mu!!!

Berhati-hatilah dari sifat bangga diri (ujub) yaitu memandang diri dengan pandangan mulia, merasa diri ini terhormat dan mulia serta melihat orang lain dengan pandangan hina dan rendah.

Ciri-cirinya, ia tidak mau ucapannya ditolak, selalu membicarakan keunggulannya dan keutamaan dirinya, selalu bercerita tentang hal yang sifatnya memuji dirinya, yang sifatnya pengumuman bahwa dirinya memiliki keistimewaan. Selalu memperhatikan keburukan temannya, selalu memandang rendah orang lain. Dan sering mencela (memburuk-burukkan) dirinya di depan umum.

Keyakinan kita bahwa diri kita lebih baik dari orang lain, adalah suatu kebodohan semata-mata. Bahkan hendaknya kita tidaklah melihat seorang pun kecuali kita melihatnya dia lebih baik daripada diri kita. 

Orang jawa bilang ojo Dupeh - Ojo Dumeh!!!

Jika kamu melihat orang yang lebih muda daripada kamu, maka katakanlah dalam dirimu, “ Anak ini belum bermaksyiat kepada Allah, sedangkan aku sudah bermaksyiat, maka dia lebih baik dari padaku “.

Jika melihat orang yang lebih dewasa darimu, maka katakanlah dalam dirimu, “ Orang ini sudah banyak pengalaman ibadahnya daripadaku “.

Jika melihat orang yang alim (ustadz, atau kyai), maka katakanlah dalam dirimu, “ Orang ini telah Allah berikan apa yang tidak diberikan kepadaku, telah mengetahui apa yg tidak aku ketahui, bagaimana derajatku bisa sama dengannya ?”.

Jika melihat orang bodoh, maka katakan dalam dirimu, “ Orang ini telah bermaksyiat kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku bermaksyiat dengan ilmu, maka tuntutan Allah lebih dahysat kepadaku “.

Jika melihat orang kafir, maka katakanlah dalam dirimu, “ Aku tidak tahu dengan apa usiaku dan usianya ditutup, boleh jadi orang kafir itu ditutup dengan pungkasan yang baik sedangkan aku dengan pungkasan yang buruk “.

Sifat ujub dalam Islam sebagaimana yang di jelaskan oleh para salafussholih

Fudhail bin Iyadh Rh berkata " Sesungguhnya iblis jika berhasil menggoda manusia dengan salah satu dari tiga perkara, ia berkata " Aku tidak menuntut selain tiga perkara ini; rasa bangga dirinya, merasa banyak beramal dan melupakan dosa-dosanya ". Dalam riwayat lainnya " Dengan empat perkara yaitu ditambah rasa kenyang dan inilah yang paling besar, karena tiga perkara sebelumnya tumbuh dari rasa kenyang ini ".

Syaikh Abdul Wahhab asy-Sya’rani bercerita :

Sungguh telah sampai kepada kami bahwasanya iblis datang kepada Junaid Rh dalam rupa manusia dengan menggunakan ikat kepala di kepala dan tasbih di lehernya dan di pinggangnya ada sabuk yang menyerupai bentuk sabuk para pelayan syaikh-syaikh. Kemudian iblis berkata kepada Junaid Rh " Wahai tuanku, aku ingin sekali berkhidmat kepadamu supaya aku memperoleh keberkahan darimu ". Maka iblis itu berkhidmat kepada Junaid selama dua puluh tahun dan berusaha mencari waktu untuk menggodanya namun ia tidak mendapatkan kesempatan sama sekali menggodanya. Dan ketika iblis itu hendak pergi, iblis berkata kepada Junaid " Tidakkah engkau mengenalku ? " Junaid Rh menjawab " Bahkan aku telah mengetahui siapa dirimu sejak pertama kali kamu datang padaku, sesungguhnya kamu adalah Abu Mirroh, iblis ". Maka iblis berkata kepadanya " Aku tidak pernah melihat seorang pun yang sepertimu wahai Abul Qosim ". Maka imam Junaid Rh menjawabnya " Pergilah dariku wahai yang terkutuk, tidaklah kamu ingin meninggalkanku kecuali setelah kamu meninggalkan sesuatu yang membuat agamaku celaka yaitu bangga diriku dengan keadaanku ini ".

Abu Muhammad Al-Marwazi Rh berkata “Bahwasanya Iblis celaka hanya karena lima perkara yaitu: Karena ia tidak mengakui dosanya, tidak menyesal atas dosanya,tidak mencela dirinya, tidak segera bertaubat dan putus asa dari rahmat AllahSwt. Sebaliknya Nabi Adam As bahagia karena lima perkara yaitu : Mengakui dosanya,menyesali kesalahannya, mencela dirirnya, besegera bertaubat dan tidak putusasa dari rahmat Allah Swt “.

Abul Hasan asy-Syadzili suatu hari datang ke perkebunannya yang sangat luas dan penuh dengan pohon buah-buahan bersama seorang sahabatnya. Ketika sampai di tengah-tengah perkebunannya, seeokor burung tiba-tiba berbicara dan mngucapkan, “ Anta waliyyullah al Quthb, anta waliyyullah al-Quthb (engkaua adalah wali Allah Quthb, engkau adalah wali Allah, quthb) “, sahabatnya pun menyaksikan hal aneh itu. Maka sontak muka beliau memerah dan menangis dan berkata, “ Ya Allah ampuni segala dosa hambaMu yang faqir dan penuh dosa ini, aku adalah hamba Allah, wahai sahabatku, aku sedekahkan perkebunananku ini beserta pohonnya kepada fakir miskin “.

Tahukah kalian wahai sahabat ahli terapi ruqyah siapa Abul Hasan asy-Syadzili ? beliau adalah Ali bin Hasan bin Abdullah al-Hasani seorang wali Quthub pendiri thariqah Syadziliyyah. Tidaklah seorang yang menanyakan sesuatu yang beliau tidak bisa menjawabnya kecuali, seketika itu juga jawabannya akan muncul di dinding-dinding atau benda-benda.

Rabi’ah al-Adawiyyah tidak pernah makan nasi dengan lauk yang istimewa dan lezat, selalu makan gandum terkadang hanya nasi saja selama 40 tahun. Tiba-tiba terlintas di hatinya bahwa ingin memasak dengan bumbu-bumbu yang nikmat. Tiba-tiba rombongan burung datang dan melewati rumahnya dengan menjatuhkan bawang yang banyak yang sudah terkupas kulitnya. Maka sahabat yang mendampinginya mengambil bawang-bawang itu dengan penuh heran lalu memasakkannya dengan sayur yang lezat. Ketika dihidangkan di hadapan Rabi’ah, tiba-tiba beliau menangis dan berkata, “ Aku memang ingnin makan makanan seperti ini setelah 40 tahun lamanya, tapi aku khawatir ini semua adalah istidraj dari Allah untuk aku. Makanlah sayur ini wahai sahabatku, aku cukup dengan nasi saja “.

Tahukah kalian wahai sahabat ruqyah siapa Rabi’ah al-Adawiyyah ? beliau adalah seorang wanita yang mulia di sisi Allah, taat ibadah dan penuh cinta kepada Allah. Rabiah Al-Adawiyyah pernah menangis dan mencipratkan air matanya ke sekelilingnya sehingga orang yang masuk menyangka itu adalah air bekas wudhunya.

Rabi’ah Al-Adawiyyah di tengah sholat matanya kemasukan sepotong kayu berduri, beliau tidak merasakan hal itu hingga salam dari sholat, lalu beliau berkata “ Lihatlah pada kayu yang ada di mataku “ Maka tidaklah orang-orang mencabutnya kecuali dengan susah payah karena dalamnya tusukan kayu tersebut.

Habib Umar bin Abdurrahman al-Aththas setiap satu nafasnya beliau membaca YA LATHIIF sebanyak 1000 kali. Dan pemabntu beliau yang bernama Jaridan membaca YA LATHIIF sebanyak 700 kali dalam satu nafasan. Habib Umar pernah mengatakan, “ Seandainya aku tahu ada satu sujudku atau satu kebaikanku yang diterima oleh Allah, maka aku akan memberikan makan semua penduduk Tarim dengan gandum dan daging hingga ternak-ternak mereka “.

Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Aydrus, seorang wali quthub yang mempunyai banyak karomah, pernah mengatakan “ Mencium tanganku seperti menampar wajahku, dan mencium kakiku seperti mecongkel mataku. Aduhai seandainya aku tidak mengenal seorangpun dan tak seorang pun mengenal diriku, seandainya saja aku tidak dilahirkan “.

Sahabat Ruqyah Aswaja yang aktif dalam kegiatan ruqyah massal jadikan nasehat ini cermin bagi diri sendiri bukan untuk mengukur orang lain .....semoga bermanfaat...

(Kyai Ibnu Abdillah Al Katibiy)

Hati-Hati Dengan Sifat Ujub (Bangga Diri) / Pengertian Sifat Ujub Dalam Islam