Eksistensi "SUWUK" Di
Era Milenial: Tradisi Pengobatan Tradisional Nusantara Yang Harus Di Lestarikan
- Ruqyah Aswaja Kediri: istilah
Suwuk mungkin sangat asing ditelinga generasi milenial saat ini, yah karena
memang bukan bahasa nasional dan tidak ada di Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Kata Suwuk adalah bahasa Jawa yang pemakaiannya
mungkin hanya terbatas di kalangan pesantren, masyarakat Islam tradisi. Apa
itu Suwuk? Suwuk adalah untuk kata yang merujuk pada
tradisi pengobatan atau doa-doa tertentu untuk maksud tertentu pula. Nah, sudah
jelas kan? saat ini kata suwuk lebih populer dengan sebutan "RUQYAH",
silahkan baca di laman tanya jawab ini.
tradisi pengobatan suwuk di Indonesia |
Dizaman
orang tua dan nenek moyang kita, ketika sakit jasmani maupun rohani, dia di
bawanya ke kiai untuk di-suwuk. Gampangnya begini, suwuk itu selama
ini selalu diasosiasikan dengan praktik-praktik perdukunan. Orang zaman dulu
kalau sedang sakit, karena masih jarang tersedianya obat-obatan dan mantri,
pengobatan berlangsung di rumah-rumah Mbah Dukun untuk minta suwuk. Biasanya,
Mbah Dukun komat-kamit baca doa, minum air, dan disemburkan kepada yang
bersangkutan.
Konon
katanya profesi tukang suwuk itu tidak bisa di pelajari dan di mengerti secara
umum. Profesi ini hanya ada dua kemungkinan; pertama keturunan, kedua
ngawur-madep-mantep-yakin.
Faktor
ke dua inilah yang sangat mungkin terjadi, sebagaimana kisah sahabat Abu Said
al-khudri yang mendadak jadi tukang suwuk . Baca selengkap nya di: Nyuwuk Ala Abu Said al-Khudri
Simak Kisah sahabat Abu Said al-khudri mendadak jadi rukang suwuk:
Suatu hari ketika Abu Said dan gerombolannya melakukan perjalanan, mereka tiba
di sebuah kabilah Arab.
Rombongan
Abu Said meminta suguhan agar dapat dimakan, namun kabilah tersebut tidak mau
memberikan suguhan tersebut.
Entah
sebab melihat perawakan Abu Said Alkhudri yang dukun-able atau sebab yang
lainnya, tiba-tiba di antara mereka bertanya:
“Wahai
para tamu. Kepala Suku kami sedang tersengat (entah ini tersengat kalajengking,
lebah atau hewan yang lainnya yang menyebabkan hingga tidak bisa berjalan),
kami sudah mencari-cari obat namun tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Adakah
di antara kalian yang bisa melakukan sesuatu?.”
“Ada,
ada, ada. Saya bisa menyembuhkannya.” Kata Abu Said.
“Tapi
ada syaratnya alias tidak gratis. Pertama, setelah saya bisa menyembuhkannya,
kalian harus menyuguhi kami. Kedua, saya minta upah, yaitu 30 kambing.”
Imbuhhnya
Kesepakatan
itu terjadi dan disetujui.
Dengan
wajah menyakinkan dan komat-kamit membaca surat alfatihah, Abu Said
menyemburkan napasnya bercampur sedikit ludah tipis-tipisnya (yatfilu,
redaksinya pakai yatfilu, bukan sekedar yanfukhu).
Tanpa
jeda yang lama tiba-tiba kepala suku tersebut langsung jrantal bisa berjalan
normal jingkrak-jingkrak, entupan tersebut hilang seketika. Mereka berterima
kasih lalu memberikan janjinya, yakni 30 ekor kambing.
Sahabat-sahabat
makan kenyang seraya membawa 30 kambing hasil suwuk tersebut.
Sesampainya
di Madinah, Abu Said menceritakannya kepada Nabi, mendengar hal itu Nabi
seketika tertawa seraya mengatakan “Lho dari mana sampean tahu kalau surat
Alfatihah itu bisa jadi obat?.”
“Kalian
benar, ayo silahkan dibagi-bagi 30 kambing itu, tapi jangan lupa bagian saya
lho, ya?.” Canda Nabi.
Membaca
cerita di atas, saya justru kepikiran 30 kambing itu. Jika dirupiahkan untuk
hari ini, 1 kambing kira-kira harganya minimal 1.5juta, kali 30, jadi 45juta.
Bagaimana?
Tertarik menjalankan profesi suwuk?. Jika iya jangan mau dibayar murah. Pakai
dalil ini. Hahaha.
Ibnu
Abbas meriwayatkan, Nabi Muhammad pernah mengatakan “Hal yang paling berhak
diambil upahnya adalah Alquran.”
(Cerita
hanya diambil dari Shahih Bukhari. Hadis no 2276, 5007, 5736, 5749). Mungkin itulah salah satu alasan,mengapa berobat ke tukang suwuk / dukun itu ada mahar nya, namun tidak di Klinik Rumah Ruqyah Syariah Kediri loh!!!, silahkan baca Biaya - Mahar - Tarif Ruqyah Aswaja Di Kediri
Itu
adalah sepenggal cerita, bahwa praktik pengobatan dengan suwuk telah ada sejak
zaman Kanjeng Nabi SAW.
suwuk ruqyah dalam tradisi jawa |
Nah, disisi saat acara Maiyah-an di Pondok
Mbodo Darul Falah Ki Ageng Mbodo - Grobogan yang terkenal
dengan taman suwuk Nusantara nya. menerangkan empat dimensi suwuk.
Baca Selengkap nya di Sinau
Suwuk dan Arus Energi dari Allah
Kedua, suwuk dalam dimensinya sebagai doa dan wirid dan itu berfungsi untuk membangun kedekatan Allah. Ketiga,
suwuk dalam konteks keyakinan yang kuat dan musalsal (kepada guru-guru di
atasnya/terdahulu) meskipun kadangkala redaksi kalimatnya kadang tak lazimnya
doa. Namun, di sini Gus Ghufron menerangkan kekuatan sebuah keyakinan, termasuk
keyakinan kepada guru secara turun-temurun. Gus Ghufron di depan jamaah dan
masyarakat memberi contoh suwuk jenis ini yaitu suwuk agar bayi tidak menangis
atau rewel terus.
Keempat, suwuk dalam bentuk pengobatan yang menggunakan tanaman. Di sini, orang-orang yang saban hari rajin merawat tanaman
biasanya kelembutan hatinya terasah. Dan kelembutan hati punya peran dalam
memberikan atmosfer positif pada tanaman yang akan dijadikan obat.
Hal itu seiring dan senada dengan apa yang ada di Tempat
Ahli Terapi Ruqyah Syar'iyyah Di Kediri yang menyinergikan antara The
power of ruqyah dengan tibbun nabawi serta obat-obatan herbal. Sehingga dengan
model seperti ini, teknik suwuk tidak lagi menjadi sesuatu yang rahasia, namun
dapat di pelajari oleh siapapun. Oleh karena, kami menulis tentang Eksistensi
"SUWUK" Di Era Milenial: Tradisi Pengobatan Tradisional Nusantara
Yang Harus Di Lestarikan - https://ruqyahaswajakediri.blogspot.com/2019/10/eksistensi-suwuk-di-era-milenial.html