Kamis, 30 April 2020

Falsafah Jawa: Pitutur - Wuwur Dan Sembur

Falsafah Jawa: Pitutur - Wuwur Dan Sembur: Sebuah prinsip yang hendaknya di perhatikan oleh para praktisi Ruqyah Aswaja Kediri, kuasai tiga hal tersebut agar hidup lebih bermanfaat atau minimal salah satunya, yaitu : PITUTUR, WUWUR &SEMBUR
Tutur - Sembur - Wuwur
Tutur - Sembur - Wuwur

Baca juga: Falsafah Pitutur Luhur Jawi: Ojo Dupeh / Ojo Dumeh!!!!!

Ketiga kata tersebut berasal dari bahasa jawa, dan mempunyai makna dan arti sendiri-sendiri, bila di gabungkan saya kira menjadi sebuah filosofi yang sangat baik bila mau menelaahnya syukur bisa di miliki oleh wong tuwa / pandega (orang tua/pemimpin, juragan, atasan, pimpinan, majikan atau apalah pokoknya yang sejenis). Walaupun tidak harus orang tua/pandega, tapi semua yang wujudnya manusia (seperti saya) tidak ada salahnya memiliki tiga perkara tersebut.
  • TUTUR itu berarti bicara, tapi ketika berubah menjadi PITUTUR - NUTURI artinya adalah nasihat - menasehati. Dapat di artikan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memberi nasehat kepada orang lain. Nuturi kanthi pitutur sing becik. Bicara untuk menasehati dengan nasehat-nasehat yang bermanfaat untuk kebaikan. Untuk itu perlu wawasan ilmu pengetahuan, wawasan serta pengalaman yang luas. Sehingga di harapkan dapat menjadi teladan sekaligus menjadi inspirasi bagi orang lain untuk tumbuh berkembang menjadi lebih baik.  PITUTUR - NUTURI ora mung waton ngomong - ananging ngomong sing nganggo waton (nasihat tidak hanya sekedar bicara, namun nasihat yang bijaksana  di dasari dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang luas).  Karena, saat ini PITUTUR kadang kala di sampaikan untuk kepentingan sesaat, kelihatan nya yang di sampikan adalah baik namun sesungguhnya di dalamnya ada tujuan yang tidak baik. 
  • WUWUR - mungkin dapat diartikan dengan menabur; memberi. Dalam konteks Falsafah jawa WUWUR - MUWUR adalah kemampuan materi yang disertai kepedulian pada sesama (suks memberi - Dermawan). Orang itu walau pintar nge-dalil dan hobi menasihati, jika dia tidak punya uang untuk berbagi, terlebih yang mampu tetapi bakhil (pelit) nilainya berkurang. Orang pelit itu dibenci manusia dan dibenci Gusti Allah. Lalu kenapa WUWUR begitu penting? Siapapun kalau hanya tutur-tutur kepada orang lain namun dirinya medit bin pelit, dia selalu bicara tentang kebaikan sedekah namun diri nya sendiri tak pernah melakukan nya, mungkin orang-orang yang mendengarkan pitutur nya akan mundur alon-alon. ujung-ujung nya orang akan menganggapnya OMDO (omong doang) - Mbelgendhes!!!
  • SEMBUR dapat di sama artikan dengan semprot. Namun dalam konteks kali ini adalah keahlian mengobati orang sakit, sebagaimana rumah ruqyah. Sehingga dia menjadi rujukan untuk konsultasi, ahli suwuk dan juga ahli hikmah. Jika ketiganya ini sudah Anda miliki, atau minimal salah satunya, bersyukurlah. Karena sebaik-baik manusia itu yang bermanfaat bagi sesamanya. 
Demikian tulisan kami tentang Falsafah Jawa: Pitutur - Wuwur Dan Sembur - semoga bermanfaat.