Beberapa
Sebab Praktisi Ruqyah Berhenti Menjadi Peruqyah Atau Enggan untuk Me Ruqyah,- Sebuah tulisan untuk bahan renungan (refleksi) yang di post ulang oleh team kreator Ruqyah Aswaja Kediri terkait banyaknya para praktisi ruqyah dari kalangan kita sendiri yang berhenti dari kegiatan dakwah bil Qur'an " mengenalkan dan Mengajarkan al-Qur'an sebagai syifa'
Banyak
orang-orang sholeh yang mundur dan meninggalkan kegitan ruqyah syar'iyyah di kota kediri dan banyak pula
yang sama sekali tidak mau bersentuhan dengan ruqyah.
Apa
sebab mereka tidak mau aktif melakukan ruqyah, padahal dalam konteks
ke-Indonesia-an, masyarakat kita butuh sentuhan dan edukasi tentang cara ruqyah yang benar untuk mengatasi berbagai
persoalan hidup dan kehidupan mereka.
Jasa Praktisi Ahli Rukyah Syariah Kediri |
Ada
beberapa pejuang ruqyah aswaja yang dulu aktif, lalu mundur menarik diri dari
gelanggang ruqyah. Ternyata inilah sebabnya!!!
1. Menganggap
bahwa aktivitas meruqyah tidak memiliki keutamaan dan pahala. Padahal meruqyah
adalah perbuatan yang sangat utama dan merupakan tugas para nabi. Nabi Muhammad
saw mengatakan "Barang siapa yg mampu memberikan manfaat kepada
saudaranya, maka lakukanlah". Di dalam nya ada nilai ibadah dari
bacaan-bacaan al-Qur'an, nilai silaturrohim dan saling tolong menolong dalam
kebaikan.
2. Ada
rasa takut dan khawatir jika terjadi serangan balik terhadap diri dan
keluarganya. Dalam hal ini, peruqyah terbagi dua : Roqi Mutakhashish (Spesialis
Ruqyah) dan Roqi 'Aam (Peruqyah Awam). Peruqyah jenis kedua
adalah peruqyah yang hanya melakukan ruqyah untuk kalangan pribadi, sedangkan
jenis pertama memang memiliki spesialis dibidang ruqyah. Jenis peruqyah yang
konsisten ini adalah orang yang berilmu dan berpengalaman, dan tentu nya sudah
siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Sehingga selalu up grade tentang
ilmu-ilmu baru untuk menunjang skill nya dalam meruqyah. Sehingga kasus
yang di hadapi dapat tuntas dan minim resiko.
3. Masih
banyak yang ilfil, adanya sikap negatif dalam memandang peruqyah. Tidak jarang
roqi dianggap sebagai pengusir jin, ahli mistik dan dianggap hanya mampu
menyampaikan ceramah tentang dunia ghaib dan sebagainya. Akhirnya peruqyah yang
memang ustadz atau kyai, tidak diberi kesempatan mengisi pengajian umum atau
dianggap menjadi batu sandung bagi kalangan tertentu.
4. Takut
di kultuskan sbg orang hebat dan orang sakti sehingga tidak mau membuka
praktik. Sebenarnya, ini pendirian yang sangat bagus tapi jika dilakukan saat
masyarakat sedang memerlukan, bisa menimbulkan madharat.
5. Waktu
yang sangat terbatas. Seorang peruqyah terkadang punya pekerjaan / aktifitas
tetap seperti: Pengusaha, PNS, pegawai perusahaan, guru dan sebagainya sehingga
dia tidak punya waktu melayani masyarakat. Hal ini kembali lagi kepada niat
awal seorang peruqyah itu sendiri.
6. Adanya
tindakan pencemaran ruqyah yang dilakukan peruqyah lain lewat media sosial
seperti youtube, facebook, instagram dan lain-lain sehingga menyebabkan
sebagian masyarakat menyamaratakan kemampuan dan keadaan semua peruqyah. Apa yg
mereka lihat, di generalisir sebagai kesalahan semua peruqyah. Akhirnya,
diantara peruqyah ada yg mundur karena tidak mau menjadi pihak yang ikut
tertuduh sebagaimana pepatah "Orang makan nangka, kita yang kena
getahnya".
7. Dianggap
menghabiskan waktu sehingga waktu untuk pekerjaan lain terbengkalai. Sama
seperti no. 5. Dalam hal ini -sebenarnya yang diperlukan adalah mekedisiplinan
membagi waktu.
Demikian
sebagian alasan mereka yang mundur dari kegiatan dakwah melaui ruqyah dan kemungkinan ada alasan
lain sesuai dengan pengalaman masing-masing peruqyah itu sendiri.