Rabu, 05 Februari 2020

Inilah Beberapa Sebab Praktisi Ruqyah Berhenti Menjadi Peruqyah

Beberapa Sebab Praktisi Ruqyah Berhenti Menjadi Peruqyah Atau Enggan untuk Me Ruqyah,- Sebuah tulisan untuk bahan renungan (refleksi) yang di post ulang oleh team kreator Ruqyah Aswaja Kediri terkait banyaknya para praktisi ruqyah dari  kalangan kita sendiri yang berhenti dari kegiatan dakwah bil Qur'an " mengenalkan  dan Mengajarkan al-Qur'an sebagai syifa'
Banyak orang-orang sholeh yang mundur dan meninggalkan kegitan ruqyah syar'iyyah di kota kediri dan banyak pula yang sama sekali tidak mau bersentuhan dengan ruqyah.
Apa sebab mereka tidak mau aktif melakukan ruqyah, padahal dalam konteks ke-Indonesia-an, masyarakat kita butuh sentuhan  dan edukasi tentang cara ruqyah yang benar untuk mengatasi berbagai persoalan hidup dan kehidupan mereka.
Jasa Praktisi Ahli Rukyah Syariah Kediri
Jasa Praktisi Ahli Rukyah Syariah Kediri

Ada beberapa pejuang ruqyah aswaja yang dulu aktif, lalu mundur menarik diri dari gelanggang ruqyah. Ternyata inilah sebabnya!!!
1. Menganggap bahwa aktivitas meruqyah tidak memiliki keutamaan dan pahala. Padahal meruqyah adalah perbuatan yang sangat utama dan merupakan tugas para nabi. Nabi Muhammad saw mengatakan "Barang siapa yg mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah". Di dalam nya ada nilai ibadah dari bacaan-bacaan al-Qur'an, nilai silaturrohim dan saling tolong menolong dalam kebaikan.
2.   Ada rasa takut dan khawatir jika terjadi serangan balik terhadap diri dan keluarganya. Dalam hal ini, peruqyah terbagi dua : Roqi Mutakhashish (Spesialis Ruqyah) dan Roqi 'Aam (Peruqyah Awam). Peruqyah jenis kedua adalah peruqyah yang hanya melakukan ruqyah untuk kalangan pribadi, sedangkan jenis pertama memang memiliki spesialis dibidang ruqyah. Jenis peruqyah yang konsisten ini adalah orang yang berilmu dan berpengalaman, dan tentu nya sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Sehingga selalu up grade tentang ilmu-ilmu baru untuk menunjang  skill nya dalam meruqyah. Sehingga kasus yang di hadapi dapat tuntas dan minim resiko.
3. Masih banyak yang ilfil, adanya sikap negatif dalam memandang peruqyah. Tidak jarang roqi dianggap sebagai pengusir jin, ahli mistik dan dianggap hanya mampu menyampaikan ceramah tentang dunia ghaib dan sebagainya. Akhirnya peruqyah yang memang ustadz atau kyai, tidak diberi kesempatan mengisi pengajian umum atau dianggap menjadi batu sandung bagi kalangan tertentu.
4.   Takut di kultuskan sbg orang hebat dan orang sakti sehingga tidak mau membuka praktik. Sebenarnya, ini pendirian yang sangat bagus tapi jika dilakukan saat masyarakat sedang memerlukan, bisa menimbulkan madharat.
5. Waktu yang sangat terbatas. Seorang peruqyah terkadang punya pekerjaan / aktifitas tetap seperti: Pengusaha, PNS, pegawai perusahaan, guru dan sebagainya sehingga dia tidak punya waktu melayani masyarakat. Hal ini kembali lagi kepada niat awal seorang peruqyah itu sendiri.
6.   Adanya tindakan pencemaran ruqyah yang dilakukan peruqyah lain lewat media sosial seperti youtube, facebook, instagram dan lain-lain sehingga menyebabkan sebagian masyarakat menyamaratakan kemampuan dan keadaan semua peruqyah. Apa yg mereka lihat, di generalisir sebagai kesalahan semua peruqyah. Akhirnya, diantara peruqyah ada yg mundur karena tidak mau menjadi pihak yang ikut tertuduh sebagaimana pepatah "Orang makan nangka, kita yang kena getahnya".
7.    Dianggap menghabiskan waktu sehingga waktu untuk pekerjaan lain terbengkalai. Sama seperti no. 5. Dalam hal ini -sebenarnya yang diperlukan adalah mekedisiplinan membagi waktu.
Demikian sebagian alasan mereka yang mundur dari kegiatan dakwah melaui ruqyah dan kemungkinan ada alasan lain sesuai dengan pengalaman masing-masing peruqyah itu sendiri.